<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/9124581396883405403?origin\x3dhttp://kuliahmaneh.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
my journey to finish the AKTA 4 program
> home
Assalamualaikum... Welcome to Tyka's blog!


  • Landasan Kependidikan (4)
  • Landasan Kependidikan (3)
  • Landasan Kependidikan (2)
  • Landasan Kependidikan (1)


  • > monthly archives
    September 2007 | Februari 2008 | Mei 2008 |

    Rangkuman Teori Landasan Kependidikan
    Jumat, 28 September 2007
    00.19
    Di bawah ini adalah rangkuman Teori untuk mensupport penulisan makalah serta hasil kuisioner. Dibagi menjadi topik-topik : PENDIDIKAN SEKS ,DAMPAK MEDIA CETAK ELEKTRONIKA, PENGARUH TEMAN, ORANG TUA > SEKS ITU TABU dan REMAJA TERJERAT PORNOGRAFI

    PENDIDIKAN SEKS

    [http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map55sekolah.html]

    Sekolah Pendidikan Seks Ala Ayu

    Zaman sudah berubah, salah satunya adalah makin bebasnya informasi termasuk informasi soal seks yang cukup memprihatinkan. Dengan teknologi dunia menjadi tidak berbatas lagi. Anak-anak sekarang bisa dengan bebas dan leluasa menerima informasi, baik yang positif maupun negatif, internet, surat kabar, tabloid majalah, radio dan televisi makin gampang seks dipapar secara terbuka. Semua itu membuat orang tua seolah tak berdaya dalam upaya membatasi pengaruh yang diterima anak.


    Alasan kami mengembangkan program ini, latar belakangnya karena saya sebagai orang tua sangat concern dengan perkembangan pergaulan anak-anak zaman sekarang. Sekarang ini kita sebagai orang tua harus mulai memberikan perhatian khusus mengenai hal ini (pendidikan seks-Red) karena dunia kita sudah tidak berbatas lagi, ujar Ayu.

    Diakui hadirnya sekolah pendidikan seks tersebut sempat mendapat respon kurang baik. Ada anggapan dari sebagian orang tua bila anak-anak mendapatkan pendidikan seks, jangan-jangan justru akan mendorong hasrat seksual si anak.

    Padahal tujuan pemberian pendidikan seks pada anak-anak bukan menyinggung soal hubungan seksi tapi lebih pada perilaku seks mereka. Maksudnya supaya mereka bisa tertata dengan lebih baik . lebih ditekankan pada tahapan. Misalnya anak laki-laki apa tanggung jawabnya dan perempuan apa yang harus dijaga. Juga mengenai alat reproduksi mereka serta perubahan dalam tubuhnya, jelas Ieda Poernomo.

    Berdirinya parasti dimaksudkan memberi wadah kepada masyarakat yang belum mampu memberikan pendidikan seks untuk anak-anak, memang sebenarnya lebih efektif adalah orang tua tapi kalau orang tua belum siap bagimana ? apa anak harus dibiarkan saja ? ucap Ieda. Untuk itu parasti juga membuka kelas untuk orang tua, jadi kita harus memberikan bimbingan untuk orang tua imbuh Ieda.



    [http://www.gatra.com/2006-03-31/komentar.php?cid=78239]
    Aborsi di Indonesia, Dua Juta Kasus Per Tahun


    Sementara Das`ad Latif mengatakan, mengajarkan pendidikan sex itu sebenarnya dalam Islam, tidak dilarang. Yang dilarang sebenarnya adalah mengumbar syahwat. Namun dalam penyampaian pendidikan seks ini, hanya sedikit media yang melakukannya, yang justru dilakukan adalah membuat tayangan ataupun sajian yang mengarahkan orang menggunakan media massa itu termotivasi melakukan hal-hal negatif, misalnya pemerkosaan, pelecehan seksual dan sebagainya.

    ---

    Sebaiknya pendidikan seks harus diajarkan saat usia anak-anak belum mendapat menstruasi. Jika terjadi, mereka tidak panik dan tahu bahwa menstruasi itu bagus, dan berarti normal.


    [http://www.ums.ac.id/fakultas/psikologi/modules.php?name=News&file=article&sid=17]
    Pendidikan Seksual Pada Remaja
    Dipublikasi pada Thursday, 02 September 2004 oleh admin

    Psikologi Pendidikan arina writes:


    Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.

    Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :

    5. Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

    Pendidikan Seksual

    Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

    Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)


    Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak.



    DAMPAK MEDIA CETAK ELEKTRONIKA

    http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map76more.html]
    More Sex (Education), Please
    Kompas, Jum'at 02 Mei 2003, halaman 28

    MASALAH seks, sesering apapun dibicarakan, tetap bikin penasaran. Apalagi sekarang makin banyak beredar VCD porno yang sampai ke tangan kita. Kali ini, kita sudah betul-betul memerlukan informasi soal seks yang pas.

    Apalagi di zaman gini hari, ketika hal-hal yang berbau seksualitas muncul di setiap sudut, bukan hal sulit mencari film beradegan esek-esek serta tulisan atau gambar-gambar yang mengundang. Tak hanya di kota besar, di kota kecil pun hal-hal semacam itu berserakan. Begitu mudahnya informasi tersebut didapatkan, semudah kita membeli coke.


    [http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map63virginitas.html]
    Virginitas dan Remaja kita

    sementara pada masa globalisasi seperti sekarang ini budaya Barat sangat diakrabi remaja kita Adalah Anindya Mutiara Dianingrum. Berusia 17 tahun, siswi SMU Labshcool Jakarta Program Akselerasi (masa tempuh SMU hanya dua tahun) yang telah melakukan studi ini. Anin menyebar kuesioner secara acak dengan sistem sample kepada 24 remaja putri dan 12 remaja putra dari beberapa sekolah di Jakarta pada kurun 1 sampai 7 Desember 2001.Hasil dari studi ini memperlihatkan bahwa remaja putra maupun putri kebanyakan sudah pernah menonton atau membaca film atau buku porno,


    [http://www.gatra.com/2006-03-31/komentar.php?cid=78239]
    Aborsi di Indonesia, Dua Juta Kasus Per Tahun

    [Dari fenomena yang terjadi itu, maka pihak Media Sollution tertantang untuk menggelar acara tersebut dengan menghadirkan Zaskia Adya Mecca, artis dari Jakarta, Ismarli Muis, psikolog dari Universitas Negeri Makassar (UNM), dr Fatmawati Madya, SPOG dari RS Regional Wahidin dan Das`ad Latif, MSi, pengamat media dari Universitas Hasanuddin.

    Data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization-WHO) mengenai kasus aborsi tersebut terungkap pada pada Talk Show `Virginitas dan Fenomena Aborsi` yang digelar di Makassar, Sabtu]


    Namun yang paling banyak berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang adalah lingkingan yang dimulai ketika memasuki usia sekolah.

    "Lingkungan di sini, bukan saja dengan orang lain di luar anggota keluarga, tetapi juga termasuk media, baik media cetak maupun elektronik," ujarnya.


    Dalam acara talk show tersebut, Das`ad yang juga pengajar di Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Unhas dan Ketua Da`i Muda Sulsel mengatakan, media mempunyai indil besar dalam merusak moral bangsa.


    [http://www.ums.ac.id/fakultas/psikologi/modules.php?name=News&file=article&sid=17]
    Pendidikan Seksual Pada Remaja
    Dipublikasi pada Thursday, 02 September 2004 oleh admin

    Psikologi Pendidikan arina writes:

    Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet.

    Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :


    4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.


    [http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map124waspadai.html]
    Waspadai Seks Bebas Kalangan Remaja
    Majalah Gemari, September 2001


    Factor yang melatarbelakangi hal ini, ujar Boyke, antara lain disebabkan berkurangnya pemahaman nilai-nilai agama. Selain itu, juga disebabkan belum adanya pendidikan seks secara formal di sekolah-sekolah. Selain itu, juga maraknya penyebaran gambar serta VCD porno.

    Kepala PSW-UII [Pusat Studi Wanita Universitas Islam Indonesia (PSW-UII) Yogyakarta] Dra Trias Setiawati, Msi. : Ditambahkannya, munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja yang marak belakangan ini tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi,


    [http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map118remaja.html]
    Remaja, Kenali Organ Tubuhmu
    Majalah Gemari, Juli 2002


    Peran media massa, diakui Maria Hartiningsih, wartawan senior Harian Kompas, mampu membentuk realitas dari kehidupan. Ketika menghadapi dorongan seks luar biasa, penyaluran yang dibayangkan remaja adalah hubungan seksual. Dan berbagai media yang menyalurkan minat mereka itu, tersedia di mana-mana dengan murahnya Dan membawa remaja pada perilaku tidak benar.



    [http://situs.kesrepro.info/krr/mei/2005/krr03.htm]
    Bila Anak Bertanya soal Alat Reproduksi


    Berbagai informasi yang diserap anak bisa berakibat negatif jika tidak diberi bimbingan. Terutama dengan maraknya tontonan di televisi dan internet yang bisa diakses secara bebas oleh anak.



    http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map89pengaruh.html]
    Pengaruh Tayangan TV


    Ini disebabkan pergaulan yang terlalu bebas dan tontonan yang kurang terkontrol. Kebanyakan stasiun televisi menayangkan film-film tentang kehidupan pergaulan yang bersifat liberal.


    PENGARUH TEMAN

    [http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map118remaja.html]
    Remaja, Kenali Organ Tubuhmu
    Majalah Gemari, Juli 2002

    Celakanya, remaja umumnya kurang mengenali organ tubuhnya. Tidak sedikit di antara mereka yang bertanya pada teman sebaya tentang perubahan fisik yang dialami. Dan tidak sedikit pula diantaranya yang terjebak informasi salah.

    Tingkat Pemahaman remaja yang dipengaruhi mitos-mitos lingkungan sekitar, khususnya dari teman sebaya, ungkap Guntoro Utamadi, Psikolog yang juga pengasuh rubik Curhat di harian Kompas, dapat membahayakan perkembangan mental remaja bila tidak segera didampingi oleh orang yang dipandang tepat memberi informasi yang benar.


    "Jadi sudah waktunya kita menerima kenyataan bahwa remaja butuh informasi pendampingan Dan penddidikan yang baik tentang kesehatan reproduksi Dan seksualitas serta pelayanan yang ramah terhadap remaja," paparnya.


    [http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map63virginitas.html]
    Virginitas dan Remaja kita
    pada masa remaja anak memang lebih mendengarkan perkataan temannya ketimbang orang tuanya.

    Nah. Bisa dibayangkan biola remaja mencari jawab bagi permasalahannya yang kompleks itu hanya melalui teman-teman sebayanya yang notabennya masih mencari, mencoba dan meraba-raba segala sesuatu



    http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map5peer.html]
    "Peer Education"

    SEBAGAI remaja, waktu kita lebih banyak kita habiskan dengan teman sesama remaja daripada dengan orang tua atau anggota keluarga lain. INTERAKSI yang intensif ini juga, disertai oleh fenomena yang disebut peer pressure atau tekanan teman sebaya. Kita tentunya bisa merasakan betapa besar pengaruh-teman sebaya dalam kehidupan kita sehari-hari
    Dengan intensitas hubungan seperti itu, tidak heran kalau sumber informasi yang dianggap paling penting oleh remaja adalah sesama remaja sendiri. Informasi yang beredar di kalangan berupa informasi yang sangat penting seperti masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi.

    Dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, remaja sangat terdorong untuk mencari tahu informasi seputar seksualitas. Base line survey yang dilakukan oleh Youth Centre PKBI di beberapa kota (Cirebon, Tasikmalaya, Singkawang, Palembang, dan Kupang) tahun 2001 mengungkapkan bahwa pengetahuan remaja. tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi terutama didapat dari teman sebaya, disusul oleh pengetahuan dari televisi, majalah atau media cetak lain, sedang orang tua dan guru menduduki posisi setelah kedua sumber tadi.

    Oleh karena itulah, pengetahuan reproduksi juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengetahuan teman-teman sebayanya (peer). Kalau peer mempunyai pengetahuan yang memadai, maka dia akan dapat memberikan pengetahuan ini kepada temannya. Sebaliknya, apabila pengetahuan remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi rendah, maka yang beredar di kalangan remaja adalah informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, termasuk mitos-mitos yang menyesatkan. Hal ini tentunya sangat membahayakan, apalagi mengingat bahwa mitos yang menyesatkan tadi bisa berakibat fatal terhadap masa depan remaja itu. Bayangin aja kalau karena kurang pengetahuan atau mempercayai mitos yang salah, seorang remaja sampai hamil atau tertular penyakit menular seksual (PMS).





    ORANG TUA > SEKS ITU TABU

    [http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map55sekolah.html]
    Sekolah Pendidikan Seks Ala Ayu

    Diakui hadirnya sekolah pendidikan seks tersebut sempat mendapat respon kurang baik. Ada anggapan dari sebagian orang tua bila anak-anak mendapatkan pendidikan seks, jangan-jangan justru akan mendorong hasrat seksual si anak.


    Berdirinya parasti dimaksudkan memberi wadah kepada masyarakat yang belum mampu memberikan pendidikan seks untuk anak-anak, memang sebenarnya lebih efektif adalah orang tua tapi kalau orang tua belum siap bagimana ? apa anak harus dibiarkan saja ? ucap Ieda. Untuk itu parasti juga membuka kelas untuk orang tua, jadi kita harus memberikan bimbingan untuk orang tua imbuh Ieda.

    Apa yang diwujudkan Ayu dan rekannya adalah salah satu langkah untuk mendobrak budaya tabu bicar seks karena menurut Ayu kalau kita sudah mengerti betul urgensi pendidikan maka tidak perlu ada yang tabu lagi dalam hal ini.


    [http://situs.kesrepro.info/krr/mei/2005/krr03.htm]
    Bila Anak Bertanya soal Alat Reproduksi

    Pasalnya, selain orang tua kurang memahami pengetahuan seks, mereka juga kurang yakin dengan pandangan seks dan timbulnya perasaan malu karena menganggap seks sebagai hal yang tabu.

    Selama ini, kata Harliem, hanya ibu atau istri yang melaksanakan pendidikan anak termasuk pendidikan seks. Padahal ada beberapa hal lebih mengena bila diberikan oleh ayah atau suami. Untuk itu, ia mengharapkan ayah juga menjadi pendidik terutama bagi anak laki-lakinya


    [http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/map120sex.html]
    'Sex Education' Pada Remaja Alami Kendala
    Majalah Gemari, Maret 2002


    Masih minimnya tingkat pengetahuan sebagian orang tua dalam memberi pendidikan kesehatan reproduksi pada anaknya yang sudah berangkat remaja, mendorong munculnya permasalahan baru bagi generasi selanjutnya. Seperti, menikah usia muda, hamil di luar nikah

    Namun, diakui Dr Joedo Prihartono, MPH, Direktur Program Kesehatan YKB, pengenalan sex education pada remaja masih mengalami hambatan. Karena, sex education sering diartikan tabu atau sebatas pengertian melatih hubungan seks.



    REMAJA TERJERAT PORNOGRAFI

    [http://digilib.itb.ac.id/]
    Persepsi orangtua tentang pornografi di kalangan remaja di Kota Malang

    Adapun faktor penyebab remaja terjerat dalam pornografi diantaranya meliputi media massa (media cetak, media elektronik) dan lingkungan teman sebaya, keluarga, masyarakat serta faktor internalisasi individu seperti kurang bisa membawa diri, ingin cepat terkenal dan ingin dianggap dewasa.

    Label:


    |